Makalah Kimia Analitik
ASAM BENZOAT
Disusun oleh :
Kelompok 1 (1B2)
1. Martha
Diana P.P. (A.102.07.027)
2. Monica
Risti N. (A.102.07.028)
3. Muh.
Maksum A.R. (A.102.07.029)
4. Nadia
Despina A. (A.102.07.030)
5. Wahyu Setyawan (A.102.07.047)
Akademi Analis
Kesehatan Nasional Surakarta
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan karena kami
telah dapat menyelesaikan makalah Kimia Analitik
yang berjudul “Asam
Benzoat”. Makalah ini kami
buat berdasarkan tugas semester I mata kuliah Kimia Analitik I,
dimana bertujuan supaya mahasiswa lebih memahami dan menjadi aktif dalam
penguasaan materi.
Makalah ini berisi tentang berbagai
informasi tentang bahan
pengawet asam benzoate yang banyak ditemukan dalam produk makanan dan minuman. Hal-hal
yang kami bahas antara lain struktur kima, reaksi kimia, ciri-ciri produk, dan analisis baik
kualitatif maupun kuantitatif dari asam benzoat. Materi dalam makalah ini kami ambil dari berbagai sumber yang telah kami seleksi.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas terselesaikannya
makalah ini. Kami juga menyadari bahwa makalah ini belum cukup sempurna. Untuk
itu kami memohon saran dan dukungan serta kritik dari seluruh pembaca supaya
dapat dijadikan pertimbangan dalam memperbaiki makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat memberi
cukup informasi tentang asam benzoat dengan beberapa
penjelasannya sehingga dapat dijadikan acuan bagi pembaca.
Surakarta, 29 November 2011
Kelompok
1 (1B2)
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ 1
Daftar Isi ................................................................................................................. 2
Asam Benzoat ......................................................................................................... 3
A.
Struktur Kimia Asam Benzoat .................................................................... 5
B.
Reaksi
Kimia Asam Benzoat dalam Makanan ............................................ 8
C.
Ciri-Ciri
Makanan yang Mengandung Asam Benzoat .............................. 10
D.
Uji Kualitatif Asam Benzoat .................................................................... 11
E.
Uji Kuantitatif Asam Benzoat .................................................................. 12
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 27
Asam
Benzoat
Penggunaan
pengawet Benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan bakteri. Benzoat sejauh
ini dideteksi sebagai pengawet yang aman. Di AS, benzoat termasuk senyawa kimia
pertama yang diizinkan untuk makanan. Senyawa ini digolongkan dalam Generally
Recognized as Safe (GRAS). Bukti-bukti menunjukkan pengawet ini mempunyai
toksisitas yang sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan
dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien.
Benzoat merupakan unsur
alami yang terdapat dalam beberapa tumbuhan. Dan sering digunakan sebagai anti
bakteri atau anti jamur untuk mengawetkan makanan. Penambahan ini menghasilkan
dalam penurunan kapasitas buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan
keasaman dari urin. Batas atas benzoat yang diijinkan dalam makanan 0,1% di
Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%.
Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%. Sedang di
Indonesia, berdasarkan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/
Menkes/Per/X/1999 batas maksimal penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat
adalah 0,1% atau 1 gram asam benzoat setiap 1 kg bahan makanan.
Sodium benzoat
diproduksi dengan menetralisasi dari asam benzoat dengan sodium hidrosida.
Dunia mulai memproduksi sodium benzoat tahun 1997 yang diperkirakan sekitar
55000-60000 ton. Produsen sodium benzoat terbesar adalah Netherlands, Estonia,
Amerika Serikat, dan Cina. Walaupun tidak disosialisasikan asam benzoat agen
yang efektif untuk antimikrobia untuk tujuan pengawetan, sodium benzoat lebih
disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan asam
benzoat. Asam benzoat dan sodium benzoat atau yang dikenal dengan Natrium
benzoat (C6H5COONa) secara luas dapat diterapkan sebagai
bahan pengawet dalam sejumlah produk yang dikonsumsi oleh manusia.
Penggunaan asam benzoat
pada produk pangan antara lain pada minuman buah-buahan segar, squash
buah-buahan, sirup, minuman bersoda/soft
drink, bir, cita rasa buah-buahan imitasi, kecap, acar timun botol,
margarin, selai dan saus. Sedangkan Kalium benzoat dan sodium benzoat biasa
digunakan pada margarin, selai nanas, apriket yang dikeringkan, jelli, sirup,
saus tomat, anggur, dan minuman beralkohol lainnya. Sodium benzoat juga
digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan pemeliharaan (batas atas 1,0%
dalam larutan obat) dan mengobati cara hidup dalam perlakuan dari pasien dengan
peredaran urea enzymopathies.
Efektifitas (daya guna) asam benzoat
berkurang jika makanan mengandung lemak. Efektifitas benzoat bertambah jika
bahan banyak mengandung garam dapur (NaCl) dan gula pasir. Penambahan senyawa
belerang (SO2) atau senyawa sulfit (SO3-2 )
dan gas karbon (CO2) dapat meningkatkan efektifitas senyawa benzoat
dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
Senyawa benzoat dapat digunakan pada makanan dan minuman pada konsentrasi 400 sampai 1000 mg per kg bahan. Untuk keperluan pengolahan saus ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.
Senyawa benzoat dapat digunakan pada makanan dan minuman pada konsentrasi 400 sampai 1000 mg per kg bahan. Untuk keperluan pengolahan saus ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.
Asam
benzoat termasuk salah satu jenis zat pengawet organik. Zat
pengawet organik lebih banyak dipakai daripada yang organik karena bahan ini
lebih mudah dibuat dan dipakai dalam bentuk asam maupun garamnya seperti asam
sorbat, asam propionat, asam benzoat dan asam asetat.
Selain
berfungsi sebagai bahan pengawet, asam benzoat juga berperan sebagai
antioksidan karena pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama,
yaitu mengandung cincin benzen tidak jenuh disertai dengan gugus hidroksil atau
gugus amina. Antioksidan dapat menghambat setiap tahap proses oksidasi, dengan
penambahan antioksidan maka energi persenyawaan aktif ditampung oleh
antioksidan sehingga reaksi oksidasi berhenti.
A. Struktur Kimia Asam Benzoat
Asam
benzoat
Nama lain :
Asam
benzenakarboksilat, Karboksibenzena, E210, Asam drasiklik
Rumus
Molekul : C6H5COOH
atau C7H6O2
Struktur
:
C6H5COOH
|
|
122,12 g/mol
|
|
Penampilan
|
Padatan kristal tak berwarna
atau jarum putih
|
Bau
|
Sedikit berbau benzaldehid atau benzoin
|
1,32 g/cm3, padat
|
|
122,4 °C (395 K)
|
|
249 °C (522 K)
|
|
Terlarutkan (air panas)
3,4 g/l (25 °C) |
|
THF 3,37 M, etanol 2,52 M, metanol 2,82 M
|
|
Keasaman (pKa)
|
4,21
|
Sifat
Kimia :
Gb. Kristal Asam
benzoat
Asam benzoat, C7H6O2
(atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih
dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling
sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah
kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam
benzoat. Asam lemah ini beserta
garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah
prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.
Asam benzoat
diproduksi secara komersial dengan oksidasi parsial toluena
dengan oksigen. Proses ini dikatalisis oleh kobalt ataupun mangan naftenat. Proses ini menggunakan bahan-bahan
baku yang murah, menghasilkan rendemen yang tinggi, dan dianggap sebagai ramah
lingkungan.
Gb.
Oksidasi Toluena
Asam benzoat
sangatlah murah dan tersedia secara meluas, sehingga sintesis laboratorium asam
benzoat umumnya hanya dipraktekkan untuk tujuan pedagogi. Ia umumnya diajarkan
kepada mahasiswa universitas.
Untuk semua
metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air,
karena asam benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air
dingin. Penghindaran penggunaan pelarut organik untuk rekristalisasi membuat
eksperimen ini aman. Pelarut lainnya yang memungkinkan meliputi asam asetat,
benzena, eter petrolium, dan campuran etanol
dan air.
Dengan
hidrolisis
Sama seperti nitril ataupun amida lainnya, benzonitril dan benzoamida dapat dihidrolisis menjadi asam benzoat
ataupun basa konjugatnya dalam keadaan asam maupun basa.
Dari
benzaldehida
Disproporsionasi benzaldehida
yang diinduksi oleh basa dalam reaksi Cannizzaro
akan menghasilkan sejumlah asam benzoat dan benzil alkohol dalam jumlah yang sama banyak. Benzil
alkohol kemudian dapat dipisahkan dari asam benzoat dengan distilasi.
Dari bromobenzena
Bromobenzena dapat diubah menjadi asam benzoat
dengan "karbonasi" zat anatara fenilmagensium
bromida:
C6H5MgBr
+ CO2 → C6H5CO2MgBr
C6H5CO2MgBr
+ HCl → C6H5CO2H + MgBrCl
Dari
benzil alkohol
Benzil alkohol dapat direfluks dengan kalium
permanganat ataupun oksidator lainnya dalam air. Campuran ini kemudian disaring
dalam keadaan panas untuk memisahkan mangan dioksida, dan kemudian didinginkan
untuk mendapatkan asam benzoat.
Pembuatan
secara historis
Proses industri
pertama melibatkan reaksi antara benzotriklorida (triklorometil benzena) dengan kalsium hidroksida dalam air, menggunakan besi sebagai katalis.
Kalsium benzoat yang dihasilkan kemudian diubah menjadi
asam benzoat dengan menggunakan asam klorida.
Produk proses ini mengandung turunan asam benzoat yang terklorinasi dalam
jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, asam benzoat yang digunakan untuk
konsumsi manusia didapatkan dari distilasi getah kemenyan. Pada zaman sekarang,
asam benzoat yang digunakan untuk konsumsi diproduksi secara sintetik.
B.
Reaksi Kimia Asam Benzoat dalam Makanan
Penggunaan
asam benzoat dibatasi dalam hampir semua produk buah-buahan dan sering
digunakan bersama-sama dengan belerang dioksida. Asam benzoat lebih efektif
terhadap khamir dan bakteri daripada kapang pada konsentrasi di atas 25 mg/l.
Asam yang tidak terurai akan menghambat pertumbuhan kapang.
Asam benzoat akan ditolak pada konsentrasi
di atas 400 mg/l dan tidak mempunyai pengaruh pada pencoklatan enzimatik dan
non-enzimatik. Walaupun demikian, asam ini tidak bergabung dengan
komponen-komponen bahan pangan seperti halnya belerang oksida dan tidak
mempunyai pengaruh terhadap pengkaratan kaleng.
Aktivitas
optimum terjadi antara pH 2,5 dan 4. Pengaruh pH pada penguraian asam-asam
benzoat terlihat pada tabel di bawah ini :
Pengaruh pH pada Penguraian Asam-asam
Benzoat
pH
|
% Asam Benzoat yang Tidak Terurai
|
3
|
94
|
4
|
60
|
5
|
13
|
6
|
1,5
|
7
|
0,15
|
Pemakaian
bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan
pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat patogen yang
dapat menyebabkan gangguan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba non-patogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan. Namun dari
sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan
bahan asing yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian
jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka menimbulkan kerugian bagi si
pemakai, misalnya, keracunan atau terakumulasinya pengawet dalam organ tubuh.
Efek
asam benzoat dan garamnya (Ca, K, dan Na benzoat) terhadap kesehatan.
Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalisis oleh enzim syntetase dan pada reaksi kedua
dikatalisis oleh enzim acytransferase.
Asam hipurat yang dibentuk dan diproses dari dalam hati, kemudian diekskresikan
melalui urin. Jadi, dalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam benzoat, sisa
asam benzoat yang tidak diekskresi sebagai asam hipurat dihilangkan toksisitasnya
berkonjugasi dengan asam glukoronat dan diekskresi melalui urin. Pada penderita
asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat,
jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung.
Dilaporkan
bahwa pengeluaran senyawa ini antara 66-95% jika benzoat dikonsumsi dalam
jumlah besar. Sampai saat ini benzoat dipandang tidak memiliki efek teratogenik
(menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut dan juga tidak
mempunyai efek karsinogenik.
Gb.
Metabolisme Asam Benzoat dalam Tubuh
C.
Ciri-Ciri Makanan yang Mengandung Asam
Benzoat
Pengawet
dari senyawa benzoate biasa digunakan dalam bentuk asam benzoat (C6H5COOH)
atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium benzoat). Asam benzoat larut dalam
air (21,0 gram per liter). Dalam bentuk garam sodium benzoat kelarutannya
adalah 660 gram per liter dan dalam bentuk kalsium benzoat adalah 40 gram per
liter. Di pasaran, biasanya senyawa benzoat tersedia dalam bentuk sodium
benzoat dan kalsium benzoat. Yang paling banyak adalah sodium benzoat. Senyawa
benzoat dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir, bakteri penghasil
toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk.
Senyawa
ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat
dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat
digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, pikel, saus sari buah dan sirup.
Ciri makanan yang mengandung Natrium
Benzoat :
·
ada
zat pewarna
·
sedikit
berbau
·
berasa
payau
·
pada
pemanasan yang tinggi akan meleleh, lalu terbakar
·
menghasilkan
zat asam
D.
Uji Kualitatif Asam Benzoat
1. Uji dengan FeCl3
Sampel larutan (teh botol) sebanyak
50 gram dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml tambah 10 ml NaOH 10% agar
bersifat basa dan larutan NaCl jenuh (30 gram ml dalam 100 ml air), tepatkan
tanda kocok dan biarkan selama 2 jam, kemudian saring dengan kertas saring.
Sebanyak 50 ml filtrat masukkan ke
dalam corong pisah 250 ml, asamkan dengan HCl (1:3) berlebih, kemudian
ditambahkan 10-15 ml eter lalu kocok. Lapisan eter ditampung dalam labu
erlenmeyer 50 ml, kemudian diuapkan di atas penangas air. Larutkan residu
dengan pemanasan dan tambah beberapa pengujian NH4OH sampai basa,
dan hilangkan kelebihan NH3 dengan penguapan, kemudian tambah
beberapa pengujian FeCl3 5% netral. Apabila terbentuk endapan jingga
kekuningan berarti benzoat positif.
Reaksi : 3C6H5COO- + 2Fe3+
+ 3H2O (C6H5COO)3Fe.Fe(OH)3
↓ + 3H+
2. Dengan cara destilasi uap
Sampel diekstrak
ke dalam eter dari larutan asam dan diuji dengan TLC atau spektrofotometer UV.
Cara kerja :
Timbang sebanyak
25-50 gram sampel dan destilasi dengan destilasi uap dengan menambah sebelumnya
100 gram magnesium sulfat dan 100 ml H2SO4 1M, lakukan
destilasi selama 30 menit sehingga didapat destilat yang ditampung dalam labu
yang berisi 10 ml larutan natrium hidroksida 1M. Panaskan labu yang mengandung
sampel sehingga berwarna. Tambahkan 15 ml H2SO4 1M dan
destilat dilarutkan sampai 500 ml, masukkan 100 ml ekstrak (destilat) dalam 25
ml dietileter dalam masing-masing 3 erlenmeyer dan diekstrak, hasil ekstrak
digabung dan dicuci dengan akuades dan dikeringkan dengan Na2SO4
kemudian dievaporasi sehingga volume menjadi sedikit. Sebanyak 20
mikroliter atau kurang ditotolkan pada plat TLC silika gel dengan pembanding
asam benzoat murni. Sebagai fase gerak campuran etanol-amoniak sehingga batas
elusi 10 cm. Keringkan dan semprot dengan reagen FeCl3-Peroksida
yang dibuat segar (2% FeCl, dalam 100 ml H2O2 0,5%).
Bandingkan harga Rf dari sampel dan pembanding.
3.
Dengan
menentukan Rt (retention time) dari
sampel dan bandingkan dengan pembanding.
E.
Uji Kuantitatif Asam Benzoat
1. Titirimetri
tanpa pemanasan (SNI,1992,SII,1997 dan AOAC ,1995)
Persiapan
cantoh :
Contoh
bentuk semi padat atau padat, homogenkan contoh berupa padatan atau semi
padatan (haluskan). Pindahkan 150 ml atau 150 gram ke dalam labu 500 ml,
tambahkan NaCl jenuh secukupnya, buat alkalis terhadap kertas lakmus dengan
NaCl 10% atau dengan suspensi Ca(OH)2 (1 bagian Ca(OH)2
dalam 3 bagian air. Encerkan sampai tanda batas dengan larutan NaCl jenuh,
kocok berulang kali. Biarkan selama 2 jam, kocok berulang kali dan saring. Jika
contoh mengandung banyak lemak, bagian yang saringannya terkontaminasi dengan
lemak, ditambah beberapa ml larutan NaOH 10% ke dalam saringan. Ekstraksi
dengan ether sebelum dilanjutkan ke cara kerja.
Tambahkan
15 gram NaCl halus ke dalam labu ukur 500 ml ,bilas dengan larutan jenuh NaCl
15 ml. Buat larutan jenuh. Buat sedikit alkalis terhadap kertas lakmus dengan
penambahan NaOH 10%, encerkan dengan NaCl jenuh
sampai tanda batas. Biarkan selama 2 jam dan kocok berulang kali.
Saringlah dengan kain kassa.
a) Jeli dan
jam
Hancurkan 150 gram contoh di
dalam 300 ml larutan NaCl jenuh. Tambahkan 15 gram NaCl yang telah dihaluskan.
Buat alkalis terhadap kertas lakmus dengan suspensi Ca(OH)2 . Pindahkan
ke labu ukur 500 ml dan encerkan dengan NaCl jenuh. Biarkan 2 jam, kocok
berulang kali dan jika perlu disaring.
b) Sari
apel yang mengandung alkohol dan produk yang sama
Buat 150 ml contoh menjadi
alkalis terhadap lakmus dan uapkan pada penangas air sampai 100ml. Pindahkan ke
dalam labu ukur 250 ml, tambahkan NaCl jenuh, biarkan selama 2 jam dan kocok
berulang kali kemudian saringlah.
c) Ikan
asin atau ikan yang dikeringkan
Cuci 50 gram contoh yang telah dihaluskan ke dalam labu ukur 500 ml. Buat
sedikit alkalis terhadap lakmus dengan NaOH 10% dan encerkan dengan air sampai
batas volume. Biarkan selama 2 jam, kemudian kocok berulang kali dan saringlah.
Pipet 30 gram NaCl yang telah dihaluskan untuk setiap 100 ml larutan. Kocok
dengan larutan NaCl jenuh. Kocok sampai homogen, saring protein/bahan lain yang
mengendap.
2. Ekstraksi
dan titrimetri (SNI,1992,SII,1979 dan AAC,1995)
Cara
kerja :
a) Pipet
100-200 ml saringan sampel masing-masing di atas dimasukkan ke dalam corong pisah dan
asamkan dengan HCl (1:3), cek
dengan lakmus, kemudian tambahkan lagi 5
ml HCl (1:3) berlebih. Untuk ikan asin proteinnya diendapkan dalam suasana
asam, tetapi penyiapan contoh tidak menggunakan ekstraksi.
b) Ekstraksi
hati-hati dengan penambahan kloroform berturut-turut sebanyak 70 ml, 40 ml, dan
30 ml. Untuk mencegah emulsi, kocok hati-hati menggunakan gerak putar. Lapisan
kloroform biasanya dapat dipindahkan dengan cepat setelah membiarkan beberapa
menit. Bila terbentuk emulsi, pecahkan dengan mengaduknya menggunakan batang
pengaduk dengan memindahkan ke dalam corong pemisah lain dan kocok 2 atau 3
kali yang berlawanan arah dari ujung corong pemisah yang satu ke ujung yang
lainnya atau memusingnya beberapa menit.
c) Pindahkan
hasil ekstraksi kloroform yang telah dikumpulkan dalam cawan penguap porselin,
bilas wadah beberapa kali dengan kloroform dan uapkan suhu kamar dalam aliran
udara kering.
d) Hasil
ekstraksi dapat dipindahkan, dapat juga dipindahkan dari corong pemisah ke
erlemeyer 300 ml dan bilas corong pemisah 3 kali dengan 10 ml kloroform suling
pelan-pelan pada suhu kamar (rendah) sampai ¼ volumenya.
e) Pisahkan
residu ke porselen, bilas 3 kali dengan 10 ml kloroform dan uapkan sampai
kering pada suhu kamar dengan mengaliri udara kering. Keringkan residu semalam
dalam eksikator. Larutkan residu asam
benzoat dalam 30-50 ml alkohol, netralkan terhadap indikator PP, tambahkan air
¼ volume dan beri 2 pengujian PP (phenol ptalein).
f) Titrasi
dengan NaOH 0,05 N.
Perhitungan :
1ml 0,05 N NaOH = 0,0072 gram
natrium benzoat anhidrat untuk asam dan garam lainnya dapat dihitung.
Catatan : penggunaan
kloroform dapat diganti dengan dietileter.
Reaksi : C6H5COOH
+ NaOH à C6H5COONa
+ H2O
Gb.
Grafik titrasi antara asam lemah dengan basa kuat dengan indikator PP
3. Metode
titrasi, melalui ekstraksi memakai alat perforator ( khusus untuk contoh-contoh
yang berwarna )
Cara
kerja :
a) Hubungkan
erlemeyer bertutup asah yang berisi batu didih dengan perforator.
b) Timbang
5 gram contoh yang telah dihomogenkan, tambah 5 ml HCl 25% dan aduk rata.
c) Masukan
ke dalam perforator dengan menggunakan corong bertangkai panjang bila contoh
berserat saring dengan kapas.
d) Bilas
corong dengan menggunakan air panas, cairan contoh diusahakan tidak melebihi
dari 1/3 tinggi isi perforator.
e) Panaskan
di atas pemanas listrik dan ekstraksi selama 6 jam, kemudian dinginkan.
f) Pindahkan
lapisan benzen ke dalam erlemeyer dengan cara mendrongnya dengan air yang diisi
melalui mulut perforator.
g) Pindahkan
lapisan benzen ke labu kocok, tambahkan 25 ml air dan kocok sampai bebas asam.
h) Pindahkan
benzen ke dalam erlemeyer asal.
i)
Tambah beberapa tetes PP dan
titrasi dengan NaOH 0,1 N
Perhitungan :
Asam benzoat (mg/kg) = V x N
x 122 x 1000 / W
Keterangan:
W = Bobot
cuplikan
N = Normalitas
NaOH
V = Volume
NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk pentiteran contoh (ml)
4. Spektrofotometri
UV ( AOAC,1995; SNI, 1992; SII,73 dan 79 )
Digunakan
untuk produk tomat, jam, jeli, minuman ringan yang mengan-dung sejumlah
alkohol, minuman ringan, sari buah, dan tidak untuk produk padat.
Cara
kerja :
a) Homogenkan
dulu sampel, lalu transfer 10 gram atau 10 ml
pada corong pemisah dan larutkan dalam larutan NaCl jenuh. Larutan dibuat asam
dengan menambahkan larutan HCl 0,1%. Siapkan larutan asam benzoat dalam eter
yang mengandung 20; 40; 60; 80; 100; 120 mg/l. Lakukan pemeriksaan absorbans
(A) dari larutannya dengan panjang gelombang di antara interval 265-280 nm pada
setiap satu interval. Plotkan antara absorbans terhadap konsentrasi.
b) Ekstraksi
sampel dengan 70, 50, 40, 30 ml bagian eter, kocok dan pisahkan bagian eter,
cuci dengan HCl 0,1 % dan ambil ekstrak eternya. Kemudian ekstraksi lagi bagian
eter dengan NH4OH 0,1% dan buang bagian eternya. Gabungkan ekstrak
amoniak ini dan netralkan dengan HCl. Larutan berasam ini di ekstrak lagi
dengan 70, 50, 40, 30 ml eter. Setelah dipisah, ekstrak eter dilarutkan dengan
eter sampai mencapai volume 200 ml dan diukur absorbansnya, kemudian diplotkan
dengan kurva standar untuk menentukan kadar asam benzoatnya. Untuk garamnya,
hitung berdasarkan berat molekulnya.
5. Kromatografi
gas (AOAC, 1995 )
Diperlukan
untuk sari apel, pasta almond, ikan, makanan yang kaya akan protein dan
karbohidrat.
Cara
kerja :
a) Buat
larutan standar asam benzoat dengan konsentrasi 200, 400, 600, 800, 1000 µg/ml.
b) Persiapan
sampel : homogenkan sampel dengan peng-homogen
mekanik sampai homogen.
c) Ekstraksi
: masukan sebanyak 5 gram sampel homogenkan dalam tabung sentrifus 30 ml
larutan standar internal (250 mg asam penilasetat dan 250 mg asam kaproat dalam
100 ml larutan KOH air 3%) ; 1,5 ml H2SO4 (1:5), 5 gram
pasir dan 15 ml eter. Kocok dengan pengocok mekanik selama 5 menit, sentrifus
selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Pindahkan lapisan eter dengan pipet
dalam labu pemisah 250 ml. Ulangi ekstraksi 2 kali. Fase eter digabung dua kali
dari ekstraksi tadi, digabung dan ditambahkan 15 ml 0,5 N NaOH dan 10 ml
larutan NaCl jenuh. Lapisan air masukkan dalam tabung pemisah 250 ml, tambahkan
2 pengujian methyl orange dan di asamkan sampai pH 1 dengan HCl (1:1), ekstrak
dengan CH2Cl2 75 dan 50 ml, kocok. Bila emulsi terbentuk,
tambahkan 10 ml NaCl jenuh. Keringkan ektrak CH2Cl2
dengan penyaringan yang mengandung 15 gram Na2SO4 anidrat
dalam botol beralas dan evaporasi pada 400C.
d) Derivatisasi
dan lakukan kromatografi gas
Tambahkan sebanyak 10 ml CHCL3
dalam hasil evaporasi dalam labu bulat tadi, kocok selama
2 menit. Transfer 1 ml CHCL3 dalam tabung reaksi 8 ml yang
mempunyai penutup teflon, kemudian 0,2 ml silylating
agent, sumbat labu dan panaskan di oven atau direndam dalam penangas air
selama 60 menit, injeksikan secara duplo dalam kromatografi gas. Ukur puncak
tertinggi perbedaan antara 2 puncak duplo sekitar <5%, plot berat vs masing2
puncak tertinggi.
Perhitungan :
Asam benzoat (mg/kg) =
(y-a)/b x (W”xW) x 1000
a = intersep
b = slop
kurva standar
y = pembanding
masing-masing puncak asam benzoat /standart intenal
W = berat
sampel
W” = berat
standar internal dalam mg
Kemudian
hitung kadar sebagai garam.
6. Metode
HPLC ( Perfetti,et,al.,1981,OAOC,1995 )
Eluen
asam asetat - metanol, seperangkat HPLC dengan kolom µ-Bondapa CN waters dan
jenis Detektor UV dengan panjang gelombang yang bervariasi.
Pereaksi
:
Asam
benzoat, metanol pro HPLC, asam sitrat, dan asam asetat glasial.
Persiapan
contoh:
a) Contoh
bentuk padat atau semipadat
Homogenkan contoh berupa
padatan atau semipadat 9haluskan). Pindahkan 150 ml atau 150 gram ke dalam 500
ml, tambahkan NaCl jenuh secukupnya,buat alkalis terhadap kertas lakmus dengan
larutan NaOH 10% atau dengan suspensi Ca(OH)2 (1 bagian Ca(OH)2
dalam 3 bagian air). Encerkan sampai tanda dengan larutan NaCl jenuh,
kocok berulang kali. Biarka selama 2 jam, kocok berulang kali dan saring jika
contoh mengandung banyak lemak, bagian yang saringannya terkontaminasi oleh
lemak ditambahkan beberapa ml larutan NaOH 10% ke dalam saringan. Ekstrasi
dengan eter sebelum dilanjutkan ke cara kerja.
b) Kecap
Tambahkan 15 gram NaCl halus
ke dalam labu ukur 500 ml, bilas dengan larutan jenuh NaCl 150 ml. Buat larutan
sedikit alkalis terhadap lakmus dengan penambahan NaOH 10%, encerkan dengan
NaCl jenuh sampai tanda batas biarkan selama 2 jam dan kocok berulang kali.
Saring dengan kain kasa.
Cara
kerja :
a) Persiapan
analisis
Khusus untuk contoh beberapa
jus/ sari buah atau sejenisnya, saring terlebih dahulu dengan membran filter
dan encerkan secukupnya dengan larutan asam nitrat 1%.
b) Persiapan
standart
Buat larutan masing-masing
6,91 mg asam benzoat dengan asam sitrat 1% dalam labu ukur 50 ml.
c) Encerkan
larutan diatas sebanyak 15 kali, 12 kali, 10 kali, 8 kali, 4 kali, hingga
diperoleh konsentrasi yang berbeda untuk kalibrasi.
d) Buat
kurva kalibrasi dengan menyuntikkan 10 µl larutan dari
standart dari setiap konsentrasi yang berbeda.
Kolom : µ-Bondapak CN
waters dan sejenisnya
Eluen : Asam Asetat
w% metanol (95:5)
Kecepatan alir eluen : 1,5 ml/menit
Detektor : UV bervariasi
Perhitungan :
Hitung luas puncak
kromatografi dan plotkan terhadap konsentrasi pada kurva kalibrasi dengan
menggunakan persamaan garis lurus y = ax + b, kemudian hitung kadar benzoat juga
garamnya.
Contoh perhitungan
kadar asam benzoat dalam bahan pangan :
Penentuan kurva baku
larutan standar
Konsentrasi
asam benzoat
(mgL-1)
|
Luas
puncak
(mV)
|
0,254
|
54360
|
0,508
|
55414
|
0,762
|
86579
|
1,020
|
128977
|
1,270
|
169181
|
1,524
|
236215
|
1,780
|
273986
|
Berat sampel = 0,250 gram
Faktor
pengenceran = 100 kali
Luas
puncak sampel = 62450
Konsentrasi
sampel = y = 154951 – 14033
x =
(62450 – 14033)/ 154951
= 0,312 mg/L
Kadar
asam benzoat = (100*0,312)/2,50
=12,48 mg/L
Untuk
eluen metanol-buffer posfat (isokratik), yang digunakan untuk pangan padat dan
larutan (cair).
Sampel
cairan langsung dianalisis, sedangkan yang padat dipersiapkan dahulu kemudian
dianalisis, dengan cara :
a. Larutan
standart
25 mg asam benzoat murni
dilarutkan dalam 25 ml metanol sampai 50 ml dalam labu ukur. Untuk larutan
standart kerja (B) dibuat perbandingan 1:10.
b. Langsung
dianalisis
Untuk minuman sari buah,
seperti sari jeruk, anggur, dan minuman lainnya. Di sini tidak perlu di-clean
up. Dalam hal ini dilakukan penyaringan dengan mikrofilter ukuran 0,45
mikrometer (A). Limit deteksi asam benzoat yang mempunyai koefisien absorpsi paling
kecil dan senyawa yang dianalisis jauh di bawah konsentrasi normal yang digunakan
dalam pangan.
c. Tak
langsung
Sampel yang mengandung
trigliserida atau matriks yang sejenis seperti mentega, terlebih dahulu sampel
seperti margarin diekstraksi dengan cara melarutkan sebanyak 5 gram dalam 50 ml
dietileter dan diekstraksi 2 kali dengan 10 ml 0,1 N. Ekstrak dengan dasar air
diasamkan dengan 1 ml H2SO4 5N dalam labu volumetri dan
dilarutkan sampai volume dengan metanol (A).
Cara penetapan:
Larutan A dan B disuntikkan
secara terpisah dan dilakukan analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi
dengan kondisi:
Kolom : µ-Bondapak
C 18
Detektor : UV panjang gelombang 235 mm.
Fase mobil : Metanol pro HPLC
dan buffer yang disaring dengan membran mikrofilter tipe HVLP 0,45 m (Buffer
fosfat: 2,5 gram K2HPO4.3H2O pa dan 2,5 gram
KH2PO4 dalam air bidetillata), volume penyuntikan: 10 µl
- 20µl.
Pada Gambar 2.3 terlihat
kromatrogram standar dari asam benzoat di antara asam sorbat dan
metil-p-hidroksibenzoat, pada Gambar 2.4 terlihat kromatogram pada sari buah
jeruk yang mengandung 8 ppm asam benzoat, asam sorbat 6 ppm
metil-p-hidroksibenzoat.
Dari Gambar 2.4 dapat
diidentifikasikan terhadap kromatogram standart berdasarkan waktu tambat (Rt)
di gambar 2.3.
Perhitungan:
Kadar asam benzoat sampel
dihitung menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan garis lurus y = ax + b,
kemudian dihitung kadar benzoat sebagai garam.
Adapun keunggulan dari HPLC adalah :
a)
HPLC dapat menangani senyawa-senyawa
yang stabilitasnya terhadap suhu terbatas, begitu juga volatilitasnya bila tanpa menggunakan
derivastisasi.
b)
HPLC mampu memisahkan senyawa yang
sangat serupa dengan resolusi yang baik.
c)
Waktu pemisahan dengan HPLC biasanya
singkat, sering hanya dalam waktu 5-10 menit, bahkan kadang-kadang kurang dari
5 menit
untuk senyawa yang sederhana.
d)
HPLC dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif dengan baik dan dengan presisi yang tinggi, dengan presisi yang
tinggi, dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.
e) HPLC
merupakan teknik analisis yang peka.
Contoh Pemeriksaan Kadar Asam
Benzoat pada Softdrink dengan HPLC:
I.
Tujuan :
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan
kandungan benzoat pada minuman soft drink
II. Bahan :
Bahan yang
digunakan adalah minuman soft drink merk ‘FANTA’ rasa Strawberry dan ‘AW’ rasa
Sasaparila yang mengandung Na-benzoat yang diperoleh dari mini market di
kawasan Semarang. Bahan kimia yang digunakan adalah larutan methanol 60%,
akuades.
Alat :
Berbagai alat gelas, neraca analitis, kertas saring filter eluen dan sampel 0,45 dan 0,2 µm, dan HPLC-Shimadzu LC-10.
Berbagai alat gelas, neraca analitis, kertas saring filter eluen dan sampel 0,45 dan 0,2 µm, dan HPLC-Shimadzu LC-10.
III. Metode :
Larutan standar
Menimbang
Na-benzoat/asam benzoate sebanyak 100 mg dilarutkan dengan methanol 60% ke labu
ukur 100 ml (Lar.A). Membuat seri konsentrasi dari larutan A dengan
konsentrasi 100, 200, 1000 ppm. Kemudian diinjeksikan kedalam HPLC.
Larutan sampel
Menyaring
sampel dengan kertas saring ‘Cellulose Nitrate Membrane filter’ dengan
ukuran 0,2 µm. Menimbang 5 ml sampel
yang dilarutkan dengan methanol 60% kedalam labu ukur 50 ml. Kemudian
larutan siap diinjeksikan kedalam HPLC.
Sifat Fisik HPLC Kolom : C18
Eluen :
-
5 mM KH2PO4
+ 5 mM K2HPO4
(92) dan Methanol (8)
-
KH2PO4 5 mM dan K2HPO4
5 mM (0,68gr
KH2PO4 dan 0,87gr K2HPO4 diencerkan dengan akuabides
sampai 1 liter)
Dektektor : SPD-10AVP
225 nM
Flow rate : 0,3
ml/menit
A press :
0 kgf/cm2
T. flow : 0,3mL/min
IV. Hasil :
Hasil dari grafik dapat dapat dilihat bahwa larutan standart dengan konsentrasi 100 ppm memiliki nilai puncak yang tertinggi dibandingan dengan konsentrasi 200 dan 1000 ppm sehingga larutan standart 100 ppm digunakan sebagai perbandingan dalam menghitung kadar benzoatnya dalam sampel. Dari perhitungan kadar benzoat dalam sampel diperoleh konsentrasi pada sampel AW 19,8 ppm dan untuk sampel Fanta 19,2 ppm dan 19,8 ppm.
Hasil dari grafik dapat dapat dilihat bahwa larutan standart dengan konsentrasi 100 ppm memiliki nilai puncak yang tertinggi dibandingan dengan konsentrasi 200 dan 1000 ppm sehingga larutan standart 100 ppm digunakan sebagai perbandingan dalam menghitung kadar benzoatnya dalam sampel. Dari perhitungan kadar benzoat dalam sampel diperoleh konsentrasi pada sampel AW 19,8 ppm dan untuk sampel Fanta 19,2 ppm dan 19,8 ppm.
V. Pembahasan :
Mekanisme pemisahan yang terjadi didasarkan pada
kompetensi antara fase gerak dan sampel berikatan dengan kolom. Zat yang keluar
terlebih dahulu, adalah zat yang yang lebih polar daripada zat yang lainnya,
sedangkan zat yang tertahan lebih lama dari kolom, merupakan zat yang lebih non
polar. Semakin polar fase gerak, waktu tambat sampel semakin lambat dan semakin
non polar fase gerak, sampel semakin cepat keluar. Metode dan
kondisi awal yang menjadi acuan pada percobaan ini adalah kolom C18, fase gerak
merupakan campuran kalium asam phospat dan dikalium asam phospat (92) dan methanol (8), detektor UV
225 nm.
Kondisi awal ini disesuaikan dengan alat yang tersedia
agar dapat diterapkan pada analisis sampel. Untuk menentukan pajang gelombang
analisis yang akan digunakan, dibuat spektrum serapan larutan standar asam
benzoat, dengan konsetrasi 100, 200, 1000 ppm, pada panjang gelombang 200-300
nm. Panjang gelombang analisis yang dipilih adalah 225 nm, karena pada panjang
gelombang tersebut, semua zat memberi puncak yang baik. Pemilihan pajang
gelombang harus mempertimbangkan kadar zat pada sampel yang akan dianalisis.
Dalam penelitian kali ini bahan yang digunakan adalah
AW dan FANTA yang mana keduanya menggunakan Na benzoat dalam memperpanjang umur
simpan produk mereka. Na benzoat merupakan nama dagang yang sering terdengar di
pasaran, sedangkan sodium benzoat merupakan nama ilmiahnya. Penggunaan sodium
benzoat sebagai pengawet karena sifatnya yang mudah larut dalam air sehingga
banyak digunakan dalam kosmestik dan industri pangan.
Minunan soft drink sebenarnya dikonsumsi untuk
meningkatkan nilai gizi, bersifat menghilangkan rasa haus, mempunyai efek untuk
menyembuhkan. Akan tetapi pada perkembangannya ternyata banyak soft drink yang
menggunakan bahan pengawet untuk memperpanjang umur simpan. Hal ini terlihat
dari analisa benzoat dengan menggunakan HPLC yang mana diperoleh konsentrasi
pada sampel AW 19,8 ppm dan untuk sampel Fanta 19,2 ppm dan 19,8 ppm. Dengan
adanya bahan pengawet maka dapat menurunkan nilai gizi suatu produk. Umur
simpan dari produk dijelaskan dengan tanggal kadarluasa produk yang masih dapat
diterima secara organoleptik.
VI. Kesimpulan :
-
Metoda Kromatogarfi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam benzoat yang terdapat di dalam minuman
ringan.
-
Na atau sodium benzoate sering
digunakan karena sifatnya mudah larut air.
-
Umur simpan dari produk dapat diuji
secara organoleptik.
Daftar Pustaka
Cahyadi, Wisnu.2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambah
Pangan. Bandung: Bumi Aksara
Buckle.K.A.,
Edwards.R.A., Fleet.G.H., Wootton.M.1987. Ilmu
Pangan. Jakarta: UI Press.
http://amelliaseftilestari.blogspot.com/2010/07/banyak-pengawet-di-jajanan-kita.html, diunduh tanggal 26-11-2011 pukul 20.49
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6d29, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri
Sumatera Barat, diunduh tanggal 26-11-2011 pukul 20.49
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17607/4/Chapter%20II.pdf, Universitas Sumatera Utara, diunduh tanggal
23-11-2011 pukul 21.17
http://nurfaisyah.web.id/bahan-tambahan-makanan-pengawet-dan-analisisnya-secara-kualitatif-dan-kuantitatif.html, diunduh tanggal 24-11-2011 pukul 19:10
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_benzoat, diunduh tanggal 24-11-2011 pukul 16.09
Sumber :
·
Neumüller O-A (1988). Römpps
Chemie-Lexikon (edisi ke-6). Stuttgart: Frankh'sche Verlagshandlung. ISBN 3-440-04516-1. OCLC 50969944.
·
Liebig J, Wöhler F (1832). "Untersuchungen
über das Radikal der Benzoesäure". Annalen der Chemie 3: 249–282. doi:10.1002/jlac.18320030302.
·
Salkowski E (1875). Berl
Klin Wochenschr 12: 297–298.
·
D. D. Perrin; W. L. F.
Armarego (1988). Purification of Laboratory Chemicals (edisi ke-3).
Pergamon Press. hlm.94. ISBN 0-08-034715-0.
·
Donald L. Pavia (2004). Introduction
to Organic Laboratory Techniques: A Small Scale Approach. Thomson
Brooks/Cole. hlm. 312–314. ISBN 0534408338.
·
Killinger-Mann, Karen
(2007-09-07). "What's
in my...". The Columbian. http://www.columbian.com/lifeHome/whatsinmy/10102006news66192.cfm.
Diakses pada 8 September 2007.
http://breakthrough-ilmupangan.blogspot.com/2009/04/analisa-natrium-benzoat-pada-produk.html, diunduh tanggal 24-11-2011
pukul 16.27
Sumber
:
·
Anonim. (2006). Pengawet Di
Dalam Minutan Isotonik. http://www.halalguide.info. Download tanggal 28 Mei
2008.
·
Doughari, J. H ; G. Alabi
& A. M. Elmahmood. (2007). Effect Of Some Chemical Preservatives On The
Shelf-Life Of Sobo Drink. Journal African of Microbiology Research. Vol.(2) pp.
037-041.
·
Hayun, Y. Harahap & C. N.
Aziza. (2004). Penetapan Kadar Sakarin, Asam Benzoat, Asam Sorbat, Kofeina, Dan
Aspartam Di Dalam Beberapa Minuman Ringan Bersoda Secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 1. No. 3. Pp 148-159.
·
Hussain, I ; A. Zeb ; I.
Shakir & A. S. Shah. (2008). Combine Effect Of Potassium Sorbate And Sodium
Benzoate on Individual And Blended Juices Of Apricot And Apple Fruits Grown In
Azad Jammu and Kashmir. Journal Pakistan of Nutrition. 7(1). Pp.181-185.
·
Fadwilt, 2007. Menelisik
minuman
Isotonikhttp://blog.its.ac.id/fadliwdt/2007/08/20/menelisik-minuman-isotonik/.
Download tanggal 28 Mei 2008.
·
Ibekwe ; S. Eberechukwu ;
Uwakwe ; A. Amadikwa & Monanu, M. Okechukwu. (2007). Effect Of Oral Intake
Of Sodium Benzoate On Some Haematological Parameters Of Wistar Albino Rats.
Journal Scientific Research And Essay. Vol. 2.(1). Pp. 006-009.
·
Mroz, Z ; A. W. Jongbloed ;
K. H. Partanen ; K. Vreman ; P. A. Kemme & J. Kogut. The Effects Of Calcium
Benzoate In Diets With Or Without Organic Acids On Dietary Buffering Capacity,
Apparent Digestibility, Retention Of Nutrients, And Manure Characteristics In
Swine. Journal Of Animal Science. 78. Pp. 2622-2632.
·
Sediadi, A. dan Esti, 2000.
Pengawetan dan Bahan kimia. http://ui.vlsm.org/bebas/v12/artikel/
pangan/PIWP/pengawetan.pdf. Download tanggal 28 Mei 2008.
·
Wibbertmann, A ; J. Kielhorn
; G. Koennecker ; I. Mangelsdorf, & C. Melber. (2000). Benzoic Acid And
Sodium Benzoate. Fraunhofer Institute for Toxicology and Aerosol Research
Hanover. Germany.
·
Widodo. (2008). Mengenal
Minutan Ringan Berkarbonasi (Soft drink).
http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92. Download tanggal 28
Mei 2008.
Semoga bermanfaat buat semua
BalasHapus