Rabu, 10 Oktober 2012

Golongan Darah ABO dan Rhesus

TEKNIK PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS SERTA SYARAT-SYARAT MELAKUKAN TRANSFUSI DARAH
TEKNIK PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS
SERTA SYARAT-SYARAT MELAKUKAN TRANSFUSI DARAH

Pengertian Golongan Darah ABO dan Rhesus (Rh)
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih ada lagi macam penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Salah satunya Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan pribumi Amerika. Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan M N yang berguna untuk tes kesuburan. Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika. Sistem Lutherans mendeskripsikan satu set 21 antigen. Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-Wiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/ Rodgers, Kx, Gerbich, Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH.
Golongan Darah ABO
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda

Golongan Darah Rhesus (Rh)

Rhesus Faktor Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan Cina. Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+) Penting Untuk Transfusi (Fairus Chalid, 2008).
Faktor rhesus terdiri atas beberapa variasi yaitu c, d, dan e yang masing-masing bisa positif (c,d,e) atau negatif (c,d,e). Yang paling berisiko adalah rhesus negatif jenis "d". Sel darah Rh(d) negatif ini bila bertemu dengan sel darah Rh(d) positif akan memproduksi antibodi yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah. Inilah yang terjadi bila ada ketidak sesuaian antara ibu dengan Rh negatif dan janin/bayi dengan Rh positif. Selain jenis "d", rhesus negatif lainnya yaitu Rh(c) dan Rh(e) tidak akan berdampak buruk pada janin. Jadi, belum tentu ibu dengan rhesus negatif itu selalu memiliki kehamilan berisiko.
Bahkan, ibu hamil yang memiliki kecenderungn Rh(d) negatif pun belum tentu juga akan menimbulkan masalah bagi janinnya. Mungkin saja kadar antibodi yang dihasilkan tubuhnya hanya sedikit, sehingga tidak mampu merusak sel-sel darah merah janin. Kalau toh menurut prediksi jumlah antibodinya akan memberi efek buruk pada janin, maka bisa dilakukan intervensi berupa suntikan Anti-D immunoglobulin. Antigen ini berfungsi mengikat antibodi yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah janin.
Menurut Ali, suntikan Anti-D jarang sekali memberikan efek samping, sehingga aman bagi ibu hamil. "Anti-D ini semacam imunisasi yang disuntikkan pada usia kehamilan 28 - 29 minggu dan diulang pada kehamilan 32 minggu. Lewat 72 jam setelah persalinan, ibu akan kembali mendapat suntikan Anti-D. Dengan cara ini, kehamilan akan berjalan baik dan bayi bisa dilahirkan selamat (dr. Ali Sungkar, SpOG).
Pemeriksaan golongan darah
Metode: Slide test
Prinsip: Antigen+Antibodi=Aglutinasi
Peralatan:
- Objek glass
-Blood lancet
-Capillary tube
-Kapas

Cara kerja
Siapkan reagen disuhu kamar
Tusuk jari manis dengan posisi vertical, gunakan blood lancet
Usap jari donor dengan kapas kering
Ambil darah donor dengan menggunakan capilari tube
Teteskan 1 tetes darah donor pada permukaan slide ditiga tempat
Teteskan anti-A, anti-B, anti-D masing-masing 1 tetes diatas tetesan darah donor.
Aduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor dengan Test Sera.

Pembacaan hasil:
- Aglutinasi : ada antigen pada sel darah merah donor
- tidak aglutinasi : tidak ada antigen pada sel darah merah donor







Gambar. Aglutinasi pada saat pemeriksaan golongan darah

Interpretasi hasil:
No Anti-A Anti-B Gol.Darah Anti-D Rh
1 + _ A + Pos
2 _ + B _ Neg
3 _ _ O
4 + + AB

Pengertian Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Singkatnya berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh Landsteiner, pada 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr. Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York. Berkat keahlian Landsteiner pula banyak nyawa dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi darah dalam skala lebih besar mulai dilakukan.
Kemudian, Karl Landsteiner memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif termasuk minoritas (www. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Syarat-syarat pendonor untuk melakukan proses transfusi
Sebelum dilakukan transfusi darah yang akan ditransfusikan adalah darah yang telah lulus dari tes pengamanan darah. .Dalam hal ini terlebih dahulu harus diperhatikan syarat-syarat pendonor yaitu melakukan seleksi donor darah, hal-hal yang tidak cocok menjadi pendonor, dan dalam keadaan apa saja seseorang tidak boleh mendonor karena dari donor darah yang sehat didapatkan darah donor yang aman. Untuk pengamanan darah, pemeriksaan serologi harus dilakukan terhadap semua darah sebelum ditransfusikan, uji saring darah donor terhadap infeksi menular lewat transfusi darah (anonim. 2009)
Syarat-syarat teknis menjadi donor
umur 17 - 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orang tua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
Berat badan minimum 45 kg
Temperatur tubuh : 36,6 - 37,50 C (oral)
Tekanan darah baik ,yaitu
Sistole = 110 - 160 mm Hg
Diastole = 70 - 100 mm Hg
Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %
Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan
Pernah menderita hepatitis B
Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfuse
Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga
Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil
Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis
Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
Sedang menyusui
Ketergantungan obat.
Alkoholisme akut dan kronik.
Sifilis
Menderita tuberkulosa secara klinis.
Menderita epilepsi dan sering kejang.
Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
Syarat-syarat permintaan darah
Formulir permintaan darah
Formulir permintaan darah yang dibuat rangkap harus diisi lengkap dan ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien.Dalam formulir harus memuat jelas identitas pasien, nama, sex, umur, Bagian/Ruang/Nomor tempat tidur di rumah sakit harus dicantumkan jenis darah/ komponen yang diminta dan volumenya.
Contoh Darah Pasien
Contoh darah pasien harus diberi etiket dan mencantumkan dengan jelasidentitas pasien dan harus sesuai dengan yang tercantum dalam permintaan darah.


Contoh Darah Donor
Darah donor dipilih yang sesuai golongan ABO dan rhesusnya dengan golongan darah pasien. Sebelum uji cocok serasi golongan darah donor ini harus diperiksa ulang. Darah donor yang dipilih tidak boleh menunjukan tanda-tanda hemolisis.
Kantong Darah Donor
Darah donor yang sudah memenuhi persyaratan dan telah melalui pemeriksaan-pemeriksaan harus dilengkapi dengan label. Dalam label harus ditulis untuk nama pasien dengan indentitasnya, volume darahnya, dan pernyataan hasil uji cocok serasi oleh pemeriksaanya. Darah ini bersama tindasan formulir permintaan darah dikirimkan kedokter yang merawat. Dalam formulir harus menyebutkan jumlah unit darah dan masing-masing unit dicatat sesuai dengan labelnya. Kantong darah lengkap bisa diolah menjadi: (contoh) 2 macam komponen: Plasma dan sel darah merah pekat/DMP dan 3 macam komponen: Plasma, DMP, Trombosit
Pemeriksaan serologi golongan darah sebelum transfusi
Dalam kondisi rata-rata UTD.PMI seperti sekarang ini, pemeriksaan-pemeriksaa serologi golongan darah yang harus dilakukan sebelum transfusi, minimal:
Pemeriksaan golongan darah ABO dan rhesus pada pasien/donor.
Pemeriksaan uji cocok serasi/Reaksi silang.
Pemeriksaan golongan darah ABO.
Untuk mendapatkan golongan darah yang benar, pemeriksaanya harus dilakukan dengan dua arah:
Sel Grouping yaitu memeriksa ada/tidaknya antigen –A atau antigen –B pada sel darah merah.
Serum grouping: (Rivese Grouping) Yaitu memerikasa ada tidaknya antibody –A, -B, atau –AB dalam serum Atau plasmanya.
pemeriksaan Golongan Darah Rhesus
Hanya antigen –D atau D” yang diperiksa pada sel darah merah untuk menetapkan tipe golongan darah Rhesus.
Bila pada sel darah merah antigen yang didapat:
D+ : Disebut tipe Rhesus positif.
D-D”+ : Disebut tipe Rhesus Positif D”-Variant
D-D”- : Disebut tipe Rhesus Negatif.
Bila pasien calon penerima transfuse darah tidak memilih antigen –D (D-) tidak perlu diperiksa D” nya. Nyatakan pasien itu sebagai Rhesus negative. Maka darah donor yang dipilih untuk pasien itu adalaha darah donor Rhesus Negatif (D-D”-) jadi factor D” pada sel darah merah donor harus diperiksa lebih dahulu (Anonim, 2009)
Teknik Peyadapan darah
Persiapan Alat
Tempat tidur lengkap (kasur, bantal, seprai, sarung bantal, selimut) dalam keadan bersih dan rapi
Pada tiap tempat tidur tersedia: 1 tensi meter, 1 rak berisi tabung reaksi, 1 timbangan darah, 2 buah klem, 1 gunting, 1 hand sealer, isolasi, kapas putih, tensoplastik, larutan alcohol 70 % dalam wadahnya.
Tempat sampah berplastik untuk yang tidak bercemar darah
Aluminium foil yang diisi larutan hipoklorit 0,5 % untuk sampah yang tercemar darah
Kardus yang berisi stirofom untuk mengemas jarum
Stiker yang ditulis yang tertulis “AWAS LIMBAH YANG BERBAHAYA”
Kantong darah yang sudah ditempel stiker sesuai dengan golongan darah A, B, AB dan O
Jenis kantong darah
Tunggal (single) : 250 cc
Ganda 2 (double) : 250 cc atau 350 cc
Ganda 3 : 350 cc
Ganda 4 : 350 cc
Gelas yang berisi larutan gwtaral dehide 2 % untuk merendam alat-alatyang tercemar darah seperti gunting, klem, dan hand sealer
Cara Penyadapan
Identifikasi formulir donor-kantong darah dan tabung contoh darah donor harus sama
Formulir donor diminta dari donornya dan harus dipastikan formulir itu milik donor tersebut dan menanyakan nama donor apakah sesuai dengan yang tertera pada formulir donor
Donor dipersilakan berbaring
Ambil kantong darah seperti yang tercantum dalam formulir donor. Tulis kolom-kolom pada stiker kolom darah dengan huruf cetak yang jelas: tanggal pengambilan, tanggal kadaluarsa, tanggal lahir donor, nama petugas penyadap darah.
Sobek stiker-stiker yang sesuai lalu masing-masing ditempelkan ke
Formulir donor, lalu petugas menulis daftar namanya pada formulir donor
Tabung contoh darah, lalu letakan tabung pada raknya yang terletak disamping bawa tempat tidur donor yang sesuai
Periksa lagi kecocokan antara formulir donor, kantong darah dan tabung contoh darah
Tentukan lokasi vena yang akan ditusuk dan desinfeksi lokasi penusukan dengan cara:
Pasang tensi meter pada lengan atas donor
Tentukan lokasi vena yang akan ditusuk pada fossa cubiti dengan cara menaikan tekanan tensimeter antara siastol dan diastole donor
Setelah vena yang akan ditusuk ditemukan, turunkan tekanan tensimeter sampai nol, lalu dengan mengunakan klem densifeksi lokasi vena dengan kapas beralkohol 70 %, 3-4 kali melingkar seperti obat nyamuk dimulai dari lokasi yang akan ditusuk (dari dalam keluar)
Penusukan jarum pada pengambilan darah dengan cara:
Naikan tekanan tensimeter sampai pada tekanan sistol dan diastole
Sekali lagi disinfeksi lokasi vena yang akan ditusuk dengan kapas beralkohol 70 % (jangan dipegang-pegang)
Buat simpul longgar pada selang kantong darah, buka tutup jarum lalu tusukan segera ke vena posisi permukaan jarum harus mengarah ke atas
Setelah darah keluar , turunkan tekanan tensimeter ± 40 mmHg pasang 1-2 isolasi pada selang supaya melekat pada kulit dan jarum (tidak boleh bergerak-gerak)
Perhatikan katong darah apakah keluar dengan lancer ?
Letakan kantong darah diatas piring timbangan yang terletak di samping bawa temapat tidur donor.
Pengoyangan kantung selama pengambilan darah
Kantung darah harus terus digoyang-goyangkan dengan lembut supaya antikoagulan dapat bercampur baik dengan darah, untuk mencegah terjadinya pembekuan darah
Periksa luka tusuk pada ujung jari donor
Periksa stiker pada kantong darah, tabung contoh darah dan formulir donor apakah sudah tertulis lengkap
Bila seseorang petugas aftap mengambil darah 2 orang donor, maka pengambilan darah donor ke dua mulai dilakukan setelah prosedur 1-4 selesai dilakukan pada donor 1
Pengambilan darah selesai
Bila timbangan darah menunjukan 320 gram → 250 cc dan 450 gram→ 350 cc
Jepit selang ± 10 cm dari pangkal jarum dengan klem I dan II dijepitkan ± 2 cm dari klem I. lalu gunting selang diantara 2 klem
Pengambilan contoh darah: isi tabung reaksi dengan membuka klem I sampai 3⁄4 tabung lalu ditutup kembali.
Pencabutan jarum:
Turunkan tekanan tensimeter sampai nol
Cabut jarum dan luka bekas tusukan dengan kapas sambil lengan di angkat ke atas, minta kepada donor untuk melakukan tekanan pada kapas tersebut
Sisa selang yang dan jarumnya dibuang ke dalam kardus yang diberi stirofom (tancapkan)
Kantong darah
Kuatkan simpulan selang yang longgar, kemudian lepas klem II
Serut darah di selang dengan hand sealer ke arah kantong darah, lalu kantong darah dikocok pelan-pelan, lepaskan hand sealer agar darah masuk ke selang, ulangi hal ini 2-3 kali agar darah yang di selang tercampur secara homogen dengan cairan pengawet darah
Lipat selang kantong dan selipkan pada kantongnya secara rapi.
Sobek kertas stiker yang paling atas dari stiker kantong darah dan lilitkan pada ujung simpul darah, hal ini sebagai tanda golongan darah si donor dan petunjuk bagi pemeriksa ulang golongan darah di bagian distribusi/komponen darah.
Cocokan sekali lagi antara kantong darah dan tabung contoh darah, setelah cocok simpan darah dalam blood bank dan tabung contoh darah disatukan untuk pemeriksaan uji silang
Pemeriksaan luka tusukan di lengan donor, bila sudah tidak mengeluarkan darah luka ditutup dengan tensoplast. Biarkan donor istrakat 5 menit dalam posisi terbaring, terutama donor yang pertama kali. Perhatikan keadaan umum donor, apakah pucat, berkeringat banyak ?. sebelum diperbolehkan bangun, tanyakan apakan donor pusing, ada keluhan ? bila tidak ada keluhan, donor dipersilahkan istrahat sambil tak lupa mengucapkan terima kasih dan berpesan agar donor kembali 2,5 atau 3 bulan yang akan datang untuk mendonorkan
Observasi Donor
Sesudah mendonorkan darahnya, donor dipersilahkan duduk untuk makan dan minum supaya donor dapat beradaptasi setelah dilakukan pengurangan darah.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Seorang Donor.
Donor harus diawasi dan tidak boleh ditinggalkan selama pengambilan darah. Bila donor ketakutan atau gelisah alihkan perhatiannya dengan mengajak ngobrol.
Bila terjadi kegagalan dalam pengambilan darah, pindahkan pada lengan yang lainya (seharunya diganti dengan jarum dan kantong yang baru)
Harap donor tidak luput dari pengawasan semenjak bangun dari tempat tidur sampai berjalan ke ruangan istrahat donor.
Prosedur Uji Cocok Serasi
Pemeriksaan Uji Cocok Serasi atau Reaksi Silang adalah mereaksikan darah donor dengan darah pasien in vitro, secara silang, yaitu serum pasien direaksikan dengan sel darah merah donor yang disebut : Mayor. Dan plasma donor direaksikan dengan sel darah merah pasien disebut : Minor.
Tujuanya untuk memastikan bahwa darah yang diberikan adalah sesuai / kompatibel dan tidak akan menimbulkan reaksi serta bermanfaat. untuk mengetahui apakah penderita tidak megandung antibody yang reaktif terhadap donor.
Prosedur Uji cocok serasi
Reagensia
Bovine Albumin 22 %
Coombs Serum (AHG)
Coombs Control Cells
Alat
Sentrifus - Gelas Objel
Inkubator - Tabung Reaksi
Mikroskop
Teknik Pemeriksaan
Menyiapkan 2 buah tabung
Tabung I → ( 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel darah merah 5 % ) → mayor
Tabung II → ( 2 tetes plasma donor + 1 tetes sel darah merah pasien 5 %) → minor




Pada fase I (Fase suhu kamar dalam saline)
Kocok ke 2 buah tabung (homogenkan) → sentrifuge 3000 rpm selama 15-20 detik → membaca secara makroskopik. Jika terjadi aglutinasi/hemolisis → positif (+) dan jika tidak terjadi aglutinasi/hemolisis → negative (-).
Jika negative → di lanjutkan pada fase II
Pada fase II (Fase Inkubasi 370 C)
Menambahkan masing-masing tabung 2 tetes bovine albumin 22 % → kocok hingga homogen → inkubasi pada suhu 370 C, selama 15 menit → sentrifuge 3000 rpm 15-20 detik → membaca secara makroskopik. Jika terjadi aglutinasi → positif (+) dan jika tidak aglutinasi → negative (+).
Jika negative maka dapat dilanjutkan pada fase III
Fase III ( fase antiglobulin)
Menambahkan ke 2 tabung Saline sebanyak 2-5 ml → mencampunya hingga homogeny → sentrifuge 3000 rpm 1,5-2 menit → membuang supernatant sebanyak-banyaknya (pencucian 1 x) → melakukan seperti di atas, sebanyak 2 x → pencucian terakhir buang supernatant sebanyak-banyaknya → tambahkan ke 2 tabung 2 tetes Coombs Serum (AHG) → mengocoknya hingga homogeny → sentrifuge 3000 rpm 15-20 detik → di baca ada tidaknya aglutinasi.
Skema Reasi Silang














Pengamanan Dan Penyimpanan Darah
Pengamanan Darah
Tes golongan darah A, B, AB, O dan Rhesus dilakukan minimal 2 kali/kantong darah.
Uji saring terhadap IMLTD, terhadap 4 macam infeksi.
Uji cocok serasi darah donor dengan pasien dilakukan saat ada permintaan darah
Penyimpanan sesuai standard, di UTD dan RS sebelum ditransfusikan.
Pendistribusian dari UTD ke RS sesuai standard.
Penyimpanan darah
Darah lengkap, Darah Merah Pekat, Plasma cair :
Suhu 280 C
Mampu bertahan 21 / 35 hari.
Plasma beku :
Suhu 300 C
Mampu bertahan1 / 2 tahun.
Trombosit :
Suhu 220 C, dengan goyangan
Mampu bertahan 3 / 5 hari.
Komplikasi Transfusi Darah
Transfusi darah masif jarang dilakukan, lebih-lebih sebab permintaan darah hampir selalu tersendat-sendat. Kalau terjadi perdarahan banyak dan persediaan darah kurang, yang diberikan ialah cairan pengganti darah. Kadang-kadang transfusi darah masif dapat dilakukan sebab persediaan darah cukup dan kadang-kadang donor juga cukup banyak. Seandainya persediaan darah cukup, maka pemberian suatu transfusi masif bukan tanpa risiko untuk terjadinya macam-macam komplikasi, sehingga diperlakukan alat tambahan untuk memudahkan kita memantau selama pemberian transfusi masif tersebut
Transfusi darah masif adalah pemberian darah dengan kecepatan lebih dari 30 ml/kg BB/jam, atau dapat juga dikatakan pemberian darah secara mendadak lebih dari 1,50 kali perkiraan jumlah darah penderita.



Reaksi Imunologik
Reaksi Transfusi Hemolitik
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
Hal ini bisa terjadi dengan cara :
Reaksi transfusi hemolitik segera
Reaksi transfusi hemolitik lambat.
Lisis sel resipien oleh antibodi darah transfusi secara masif.
Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah.Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain.
Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri. Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya hemoglobinemi dan hemoglobinuri. Urine menjadi coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan butir darah merah. .Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika.
Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan ialah :
Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.
Furosemid
Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis.
Cara menghindari reaksi transfuse dan Untuk mengerjakan ini perlu dilakukan :
Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien.
Memilih tips dan saringan yang tepat.
Pada transfusi darurat :
Banyak situasi terjadi dimana kebutuhan darah sangat mendesak sebelum dilakukan pemeriksaan cocok tidaknya darah secara lengkap. Dalam situasi demikian tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan singkat untuk melakukan tes bisa dikerjakan sebagai berikut :
Type-Specific, Partially Crossmatched Blood
Bila kita menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus diperoleh tipe ABO-Rh dan sebagian “crossmatched”.
Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood.
Untuk penggunaan tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama penderita dalam perjalanan ke rumah sakit.
O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood
Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis baik oleh anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan darah O kita sebut sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang gawat bila tidak memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau “crossmatched”. Tetapi bagaimanapun juga pemberian darah golongan inipun bukan tanpa resiko
Reaksi Transfusi Non Hemolitik
Reaksi transfusi “febrile”
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk yang tidak produktif.
Reaksi alergi
Anaphylactoid”
Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab. Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.
Alergi yang berat jarang terjadi dan ini kita sebut reaksi anafilaksis, dengan tanda-tanda sebagai berikut : sesak nafas, hipotensi, edema larings, nyeri dada, dan shok. Reaksi anafilaksis ini disebabkan karena transfusi IgA kepada penderita yang kekurangan IgA dan telah terbentuk anti IgA. Tipe reaksi ini tidak termasuk tipe kerusakan sel darah merah, kejadiannya sangat cepat dan biasanya terjadi sesudah mendapat transfusi darah atau plasma hanya beberapa ml. Penderita yang menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis bila perlu mendapat darah, harus diberi sel darah merah yang telah dibersihkan dari semua sisa donor IgA, atau dengan darah yang sedikit mengandung protein IgA.

Reaksi Non Imunologik
Reaksi transfusi “Pseudohemolytic”
Termasuk disini ialah lisis terhadap sel darah merah tanpa reaksi antigen-antibodi. Hemolisis ini dapat terjadi akibat obat, macam-macam keadaan penyakit, trauma mekanik, penggunaan cairan dextrosa hipotonis, panas yang berlebihan dan kontaminasi bakteri.
Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
Virus hepatitis.
Risiko terkena hepatitis sesudah transfusi merupakan keadaan klinik yang penting. Tes untuk HBV (Hepatitis B Virus), penyaringan untuk Non-A dan Non-B juga bisa mengurangi risiko terkena transmisi penyakit tersebut.
Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.
AIDS (http//medilinux.blokspot.com/2009/2/koplikasi-transfusi-darah.html)

PENUTUP

Kesimpulan

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.

Sebelum dilakukan transfusi darah yang akan ditransfusikan adalah darah yang telah lulus dari tes pengamanan darah. .Dalam hal ini terlebih dahulu harus diperhatikan syarat-syarat pendonor yaitu melakukan seleksi donor darah, hal-hal yang tidak cocok menjadi pendonor, dan dalam keadaan apa saja seseorang tidak boleh mendonor karena dari donor darah yang sehat didapatkan darah donor yang aman. Untuk pengamanan darah, pemeriksaan serologi harus dilakukan terhadap semua darah sebelum ditransfusikan, uji saring darah donor terhadap infeksi menular lewat transfusi darah





0 komentar:

Posting Komentar